Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Jumat, 25 November 2016

Menjadi Guru? Nikmati Saja !




 Hasil gambar untuk stress teacher clip art 
Dari sejak SMA saya ingin sekali menjadi guru. Terutama guru TK atau guru SD. Keliatannya menyenangkan menjadi guru. Semua itu berawal dari kekaguman saya akan sosok guru TK saya yang cantik, ramah dan disukai anak-anak. Kalau beliau datang  ke sekolah anak-anak selalu berlari menyambutnya. Beliau juga pandai bernyanyi dan bercerita. Selain itu juga ada guru Bahasa Inggris saya ketika SMP. Gurunya baik sekali, tidak pernah marah dan penyabar. Beliau sangat pintar. Apapun yang kami tanyakan beliau bisa menjawabnya. Kami menganggapnya seperti kamus pintar berjalan. Bicaranya dan sikapnya sangat berwibawa sehingga anak-anak dan orang di sekitarnya sangat menghormatinya
Dan sejak itulah saya bercita-cita menjadi guru. Dan banyak anak-anak lainnya yang bercita-cita sama seperti  saya.
Setelah menjadi guru,  saya menyadari bahwa menjadi guru itu tidaklah mudah. Mudah jika semua murid saya anak yang baik-baik dan pintar semua. Mudah jika semua murid saya adalah murid yang penurut semua. Masalahnya, setiap tahun saya selalu mendapatkan murid yang beragam. Ada yang super aktif, ada yang super sensitif, ceria, banyak bicara, pemarah, pemalu, tidak mau diam, susah kosentrasi dengan segudang permasalahan yang mereka bawa  ke sekolah. Dari anak dengan latar belakang keluarga baik-baik sampai anak broken home dan single parents.
Kelas yang saya bayangkan dari kecil adalah guru yang berdiri di depan anak-anak yang duduk manis mendengarkan, guru bercerita dikelilingi anak-anak, suasana belajar yang tenang dimana siswa bertanya dengan antusias.
Tapi bayangan itu langsung buyar seketika. Kelas saya sangat jauh berbeda. Setiap hari ada saja masalah yang terjadi di kelas saya. Ada yang anak yang dipukul temannya sampai benjol, anak yang selalu menangis kalau tidak bisa mengerjakan tugas, anak laki-laki yang berkelahi dengan kakak kelasnya, anak yang selalu membantah dan ngeyel kalau kita beritahu, anak jatuh dari ayunan sampai bibirnya berdarah,  dan kabel printer pun tak luput menjadi korban “keisengan “anak-anak
Masuk ke kelas saya, bagaikan masuk ke arena perang dan pulang dalam keadaan “babak belur’. Yah, begitulah yang setiap hari saya jalani.
Sampai akhirnya saya merasa  lelah dan bendera putihpun saya kibarkan. Saya menyerah! Mungkin saya bukan guru yang baik. Saya gagal mendidik mereka. Ternyata benar kata orang tua saya. Menjadi guru adalah salah satu pekerjaan terberat. Mengajar dari pagi sampai sore, pulang bawa kerjaan setumpuk soal yang belum di periksa, belum buat rencana kegiatan harian, mingguan, bulanan dan lain sebagainya, menyiapkan bahan ajar buat keesokan harinya, belum lagi menghadapi anak-anak, orang tua dengan segala tuntutannya. Membuat siswa duduk diam memang mudah tapi bagaimana membuat mereka senang belajar dan merubah sikap dan perilaku siswa menjadi lebih baik itulah yang susah. Pekerjaan guru adalah pekerjaan terberat . Sudah gaji pas-pasan tapi beban kerjanya sangat tinggi.
Sudah curhatnya? Trus? Berhenti jadi guru begitu saja?
Belum selesai ceritanya.... Memang saya sempat menyerah tapi akhirnya saya kembali dan masuk arena peperangan lagi dengan merubah pandangan baru : Pekerjaan guru bukan persoalan memeriksa lembar jawaban, mengajar di depan anak-anak, guru harus lebih pintar, harus berprilaku baik, berwibawa, sabar, penyayang, tegas dan sifat-sifat malaikat lainnya. Saya adalah guru yang juga manusia. Saya kadang bisa capek, saya bisa merasa marah, kesal atau bahkan saya bisa merasa malas. Saya kembali menjadi teman dan ibu bagi mereka. Saya ikut bermain dengan mereka, saya ikut belajar bersama mereka, saya tidak menuntut mereka, saya biarkan mereka menjadi dirinya sendiri, saya biarkan mereka menyukai mata pelajaran tertentu tanpa harus mengusai semuanya, saya banyak memberi reward daripada menghukum mereka. Saya lebih fokus pada kelebihan dan potensi mereka bukan kekurangan mereka. 
Dan itu membuat saya lebih rileks dan menyukai pekerjaan saya. Dan ketika anak-anak semakin memperlihatkan kemajuan ada rasa kepuasan tersendiri bagi saya. Dan ketika mereka naik kelas, banyak surat "cinta" mendarat di meja saya yang membuat saya berurai air mata. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin saya menjadi guru mereka lagi dan tidak akan melupakan saya.
I love my job! Gaji pas-pasan? Sudah...Nikmati saja.
SELAMAT HARI GURU! 
By : Lelia Wuryandari S,Pd








Selasa, 09 Agustus 2016

Tips and Trik Memijat Bayi ala Daycare Avicenna




By. Yunita, M.Pd.



Pijat bayi adalah salah satu budaya pengasuhan anak zaman kuno yang hingga kini masih dilestarikan di seluruh dunia. Penelitian medis terbaru telah membuktikan banyak sekali manfaat dari pijat bayi. Sebuah study menunjukan bahwa bayi prematur yang dipijat tiga kali sehari selama 10 hari mengalami kenaikan berat badan hampir 50% lebih banyak, lebih aktif dan dapat meninggalkan rumah sakit 6 hari lebih cepat dibandingkan bayi prematur lainnya yang tanpa dipijat. 

Pada dasarnya, pijat bayi ini bermanfaat merangsang syaraf motorik bayi, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan ketenangan emosional, selain itu jg menyehatkan tubuh dan otot. Bayi yang dipijat dengan baikdan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan berkembang dengan baik.

Dari semua manfaat di atas maka Daycare Avicenna menggunakan teknik pijat bayi ini pada kurikulum pengasuhan bayi pada umur 3 bulan sampai 2 tahun. Bunda dan Ayah mau tau tips memijat bayi dengan baik?? Di bawah ini adalah tips memijat bayi yang biasa di terapkan pada bayi yang dititipkan di Daycare Avicenna. 

Tips Memijat Bayi

1. Pilih waktu pemijatan yakni disaat bunda santai. Lakukan dengan tidak tergesa-gesa dan tidak terputus di tengah jalan.
2. Jangan memijat bayi sebelum atau sesudah makan, atau ketika bayi sakit. Jangan membangunkan bayi untuk dipijat.
3. Siapkan perlengkapan pijat seperti baby oil, minyak telon atau minyak nabati lainnya, alas, popok bersih dan pakaian ganti. Minyak aromaterapi untuk orang dewasa mungkin tidak cocok untuk bayi.
4. Lepaskan gelang, cincin dan potong kuku jari bunda agar tidak menyakiti kulit bayi yang lembut.
5. Gelar alas atau handuk lembut di atas permukaan yang datar dan lepaskan pakaian bayi. Bunda juga dapat meletakan bayi di pangkuan bunda. Letakkan bayi dengan posisi terlentang saat bunda memijat bagian depan bayi, lalu tengkurapkan saat memijat bagian belakang.
6. Gosokkan hanya sekitar setengah sendok teh minyak pada telapak tangan bunda untuk memudahkan pijatan tangan bunda meluncur ditubuh bayi. Bunda dapat menambahkan lebih banyak minyak ditubuh bayi atau sesuai kebutuhan.
7. Pijat bayi dengan lembut namun tegas dengan telapak tangan atau jari. Pijatlah dengan ringan secara melingkar didada dan perut, pijat kedua bahu, turun ke bawah dilenga dan kaki lalu kembali keatas pada bagian punggung. Bayi baru lahir dapat menikmati hanya 2 sampai 5 menit pijatan, sementara bayi berusia lebih dari  2 bulan dapat menikmati pijatan lebih lama.
8. Jangan terlalu banyak memberikan tekanan pada tubuh bayi yang rapuh dan hindari bagian tulang belakang.
9. Tenangkan bayi agar tidak bergerak saat dipijat dengan berbicara atau bernyanyi.
10. Kontak mata dengan bayi membuatnya merasa mendapatkan perhatian penuh dari anda.
11. Berhenti memijat secara mendadak dapat membuat bayi waspada. Oleh karena itu, lakukan dengan pelan-pelan dan lembut saat akan menghentikan pijatan.
12. Jangan menggunakan minyak di wajah dan kepala. Jaga agar minyak tidak terkena jemari bayi karena bayi cenderung menempatka jari di mulut atau mata, sehingga dapat menyebabkan iritasi.
13. Selubungi bayi dengan handuk bersih dan hangat setelah dipijat dan peluk dia.
Hindari ruam, luka atau daerah dimana bayi mendapatkan suntikan vaksinasinya atau mungkin karena sakit.
14. Bunda dapat terus memijat bayi sampai ia berusia 3-4 tahun karena manfaat pijatan bayi itu sangatlah banyak.

Teknik Memijat Bayi

1. Kaki

Bagian ini merupakan bagian yang terbaik untuk memulai pijatan, karena merupakan bagian yang paling tidak sensitif diantara bagian tubuh bayi lainnya. Colek sedikit minyak, mulai pijat dengan kedua tangan secara perlahan mulai dari daerah paha sampai ke bawah. Buat pijatan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri bunda. gerakan harus selembut mungkin, meniru gerakan memerah susu. Pindah ke kaki yang sebelahnya lagi dan lakukan pijatan yang sama.

2. Telapak Kaki

Ambil salah satu telapak kakinya dan secara lembut putarlah beberapa kali ke kiri lalu ulangi ke arah kanan. Setelah itu, pijatlah punggung telapak kakinya mulai dari arah mata kaki ke arah jari-jari kaki. Pindah ke telapak kaki satunya dan ulangi seperti itu.

3. Tumit

Gunakan ibu jari untuk memijat dengan membentuk lingkaran tumit bayi bunda.

4. Jari Kaki

Bagian ini adalah penutup dari pijatan bagian kaki bayi. Peganglah jari mungilnya satu persatu menggunakan ibu jari dan telunjuk Bunda, kemudian secara lembut tariklah searah dengan jarinya sehingga jari-jari bunda terlepas di ujung jari kaki bayi. Lakukan untuk kesepuluh jari kakinya.

5. Lengan

Ambil salah satu lengannya dan lakukan gerakan seperti yang bunda lakukan terhadap kakinya (gerakan seperti memerah susu) mulai dari ketiak, hingga kepergelangan tangan. Kemudian pegang telapak tangannya, dan putar-putar secara perlahan beberapa kali kearah kanan dan kiri. Pindah ke lengan satunya lagi dan lakukan hal yang sama.

6. Telapak Tangan

Dengan menggunakan ibu jari bunda, pijatlah telapak tangan bayi bunda dengan geraka memutar.

7. Dada

Katupkan kedua tangan bunda (seperti telapak kuda) lalu letakkan pada dadanya dalam keadaan seperti itu. Secara perlahan buat gerakan kearah luar tubuh bayi, sehingga telapak tangan yag terkatup secara perlahan terbuka menghadap ke bawah, dan telapak tangan bunda akhirnya menempel dan berjalan di atas dadanya. Ulangi beberapa kali. Masih pada bagian dada, kali ini letakkan salah satu telapak tangan bunda dengan menghadap ke bawah, di daerah dada bayi, kemudian buatlah pijatan lembut ke bawah, kearah pahanya. Buatlah gerakan ini secara bergantian, dengan tangan kanan dan kiri bunda.

8. Punggung

Balikkan tubuh bayi secara perlahan, sehingga tengkurap. Posisi bunda berada disalah satu sisinya.  Dengan menggunakan jari-jari tangan bunda, buatlah pijatan lembut melingkar dengan kedua tangan, dimulai dari bawah leher sampai ke pantat si bayi. Masih pada bagian punggung, kali ini buatlah pijatan agak kuat dari sebelumnya, mulai dari bagian bahu hingga ke kaki.

9. Perut

Pijatlah sisi perut kiri bayi dari bawah iga ke bawah. Pijat dengan cara melintang dari kananke kiri kemudian turun ke bawah. Kemudian pijat dari kanan bawah, naik ke kanan atas, melengkung membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semua gerakan berakhir di perut kiri bayi.

10. Wajah

Terakhir adalah wajah. Pijatlah bayi mulai dari tengah menuju samping kiri, kemudian menuju samping kanan.


Tips dan trik di atas biasanya diterapkan pada bayi yang dititipkan di Daycare Avicenna. Jika Bunda dan Ayah berminat dengan teknik pijat ini, silahkan Bunda dan Ayah dapat titipkan anak Bunda dan Ayah di Daycare Avicenna Jl. Cikutra baru No 19 Bandung Telp 022 87787813 atau email ke Avicennaislamicschool@gmail.com
Kamis, 28 Juli 2016

SENTRA BERMAIN DI AVICENNA ISLAMIC PRESCHOOL AND DAYCARE




by. Yunita, M.Pd.


Apa itu sentra? bunda dan ayah pasti sudah mendengar sentra bermain saat anak di sekolah, namun jika bunda dan ayah belum mengetahui sentra itu apa, yuk ikuti pemaparan kita berikut ini. 

Sentra adalah model pembelajaran yang biasa diterapkan di Pendidikan Anak Usia Dini. Sentra bermain adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak. Di Avicenna menggunakan sistem pembelajaran sentra juga loh, biasanya sentra dilakukan secara moving class, setiap kelas atau ruangan terdiri dari 1 sentra bermain. Di Avicenna, kita memiliki beberapa sentra bermain agar anak dapat mengeksplor lingkungannya dengan baik.  Dalam sentra ini terdiri dari 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu (1) pijakan lingkungan main; (2) pijakan sebelum main; (3) pijakan selama main; dan (4) pijakan setelah main.

Sentra yang dibuka di Avicenna terdiri dari :

1. Sentra Persiapan

Di sentra persiapan biasanya anak-anak bermain dan distimulasi agar perkembangan motorik halusnya dapat berkembang dengan baik serta mempersiapkan anak ke Sekolah Dasar nanti. Kegiatan yang dilakukan di sentra ini yaitu menebalkan titik-titik, menggambar, mewarnai, bermain games alphabet, bermain games angka, melipat dan lain sebagainya.

2. Sentra Pembangunan 

Di sentra pembangunan, anak disiapkan mainan berupa balok berbagai bentuk dan ukuran. Selain itu ada lego, lesi, mobis. Dalam sentra pembangunan ini anak belajar banyak hal dengan cara  menyusun balok, lego, lesi dsb sesuai dengan imajinasinya, sentra ini dapat mengembangkan logika matematika anak atau berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun / menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika / berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun / menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika / berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun / menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika / berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ






3. Sentra Music and Dramatic Play

Di Sentra musik anak diajak mengenal berbagai macam alat-alat musik, sensitif terhadap suara, bernyanyi, menari dan berkreasi membuat musik dari berbagai alat yang ada di lingkungannya. Alat musik apa saja agar anak dapat mengembangkan sensitivitas bermusiknya? Avicenna menyediakan alat musik angklung, gitar, tv, radio, dvd, alat-alat musik tradisional sederhana, dan alat-alat musik yang anak buat sendiri dari barang bekas.

Sedangkan untuk Dramatic Play, anak diajak bermain memerankan berbagai macam profesi yang anak sukai dan anak inginkan. Hal tersebut dapat mengembangkan imajinasi anak, mengembangkan kreativitas hingga mengembangkan sosial emosi dengan teman sebayanya agar anak lebih mudah beradaptasi dan percaya diri. Avicenna menyediakan mainan masak-masakan, dokter-dokteran, pertukangan, boneka dan binatang, dsb. 

4. Sentra Cooking

Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak mengenal berbagai bahan makanan dan proses sain yang menyenangkan. Di sentra memasak anak belajar konsep matematika, sains, alam, dan sosial sehingga menunjang perkembangan kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik, dan juga seni, serta nilai agama. Avicenna Islamic School memiliki sentra cooking yang dibuka pada minggu pertama dan minggu ketiga setiap bulannya. Anak akan diajak untuk membuat masakan atau makanan yang dia buat sendiri dengan bimbingan guru.






5. Sentra IT
Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin berkembang saat ini, Avicenna mulai membiasakan anak sedini mungkin untuk mengenal teknologi agar anak dapat bersaing di masa yang akan datang, meskipun pembelajaran IT di Avicenna disesuaikan dengan usia anak. Di sentra ini anak diajarkan untuk mengetahui penggunaan komputer, mouse, sedangkan pembelajarannya yaitu :
- Aplikasi games edukatif
- Menggambar dan Mewarnai menggunakan Paint
- Bermain mengenal angka dan mengetik sederhana dengan Ms.Word
- Membuat Kalender dan Kartu menggunakan Ms. Publisher
- Mencari gambar melalui koneksi internet dengan menggunakan google.


6. Sentra Bahan Alam dan Sains

Pada masa golden age ini, anak senang mengeksplor lingkungannya dengan cara mencoba, mempraktekan, mengetahui segala sesuatu dari  lingkungan sekitarnya. Di sentra ini anak mencoba berbagai macam permainan dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya, melakukan sains sederhana yang pastinya akan membuat anak betah berlama-lama di sentra ini karena hand on experienceSentra bahan alam kental dengan pengetahuan sains, matematika, dan seni. Sentra bahan alam diisi dengan berbagai bahan main yang berasal dari alam, seperti air, pasir, bebatuan, daun. Di sentra bahan alam anak memiliki kesempatan menggunakan bahan main dengan berbagai cara sesuai pikiran dan gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda. Bahan dan alat yang digunakan akan diperhatikan sebelumnya harus bebas dari bahan beracun atau binatang kecil yang membahayakan.
Bahan-bahan yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong, ember, dan lain-laian

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
 






Model-model sentra di atas dapat membantu anak mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam berbagai aspek, menyenangkan, hand on experience, dan tidak membuat anak bosan. Nah sekarang, apakah sekolah anak bunda dan ayah sudah menerapkan model pembelajaran sentra ini?? kalau penasaran, ayah dan bunda boleh main ke Avicenna Islamic Daycare, Playgroup and Kindergarten. Jalan Cikutra Baru III No 19 Bandung 40124 no kontaknya di 022-87787813. Atau jika ingin lewat sosmed kita memiliki Instagram yaitu Avicenna_preschool dan FB : Avicenna Daycare Playgroup Kindergarten.


Selasa, 19 Juli 2016

DAYCARE AVICENNA

Dalam perkembangan jaman saat ini, orang tua modern memiliki pekerjaan masing-masing meskipun sudah memiliki anak. Namun masalah yang timbul yaitu ketika anak harus diasuh oleh siapa atau dititipkan ke siapa?saat suami dan istri dua-duanya memiliki pekerjaan. Ada dua kemungkinan yaitu dititip kepada orang tua kita atau di sekolahkan di daycare atau tempat penitipan anak. Syukur-syukur nenek dan kakeknya masih sehat dan kuat untuk mengasuh cucunya, jika tidak daycare menjadi tempat yang paling tepat untuk menitipkan anak kita selagi kita bekerja.

Di bawah ini ada beberapa kelebihan menitipkan anak di daycare :
1. Tahapan perkembangan anak akan di stimulasi setiap hari,
2. Anak akan lebih mandiri dengan aturan yang dibiasakan setiap hari di daycare,
3. Anak dapat bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya,
4. Anak diasuh oleh orang-orang yang kompeten di bidang anak usia dini,
5. Selalu ada pengecekan perkembangan anak dan deteksi dini dari guru dan psikolog,
6. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dan banyak benefitnya bagi anak dibandingkan dititip dengan pengasuh atau pembantu.


Sayangnya mencari daycare yang tepat dan murah sangatlah sulit, terutama di bandung. Avicenna Islamic Learning Center membuka Daycare harian, mingguan hingga bulanan bagi orang tua yang mencari Daycare bagi anak-anak mereka. 






Daycare buka mulai dari jam 7.00 sampai 17.00 jika ada keterlambatan penjemputan akan dikenakan cas 25rb/jam. Daycare dapat diikuti oleh anak bayi umur 3 bulan sampai 2 tahun. Pengasuhnya terdiri dari lulusan Pendidikan anak usia dini dengan pengalaman bekerja lebih dari 10 tahun. Untuk bayi rasio guru dan anak adalah 1:1 sedangkan toddler 1:3.

Di bawah ini beberapa fasilitas yang disediakan di Daycare Avicenna :
1. Playground Dalam

2. Playground Luar

3. Kamar Tidur

4. Tempat Bermain Anak


5. Ruangan Stimulasi Anak

6. Dapur

7. Ruang Makan 

8. Library dan IT (Komputer & TV)
 
Avicenna beralamat di Jl. Cikutra Baru III No.19 Bandung 40124 atau dapat dihubungi ke 87787813. Jika ingin melalui email silahkan ke avicennaislamicschool@gmail.com
Selain email, kita memiliki akun fb yaitu avicenna daycare playgroup kindergarten dan Instagram ke Avicenna_preschool.


Minggu, 17 Juli 2016

TAHAPAN PERKEMBANGAN BERMAIN ANAK

TAHAPAN_TAHAPAN BERMAIN 
 
by. Yunita, M.Pd.

Hai Bundaaaa dan Ayah... Apa kabar? Hari ini saya akan menjelaskan tentang beberapa jenis tahapan-tahapan bermain anak. Sebagai orang tua dan guru, sebaiknya kita mengetahui apa saja sih tahapan-tahapan perkembangan bermain pada anak agar kita sebagai orang tua memahami betul perkembangan anak dan tidak salah menafsirkan apa yang anak lakukan. Yuk kita baca artikel dibawah ini :

  1. Tahapan-Tahapan Bermain Menurut Para Ahli
Tahapan-tahapan bermain menurut para ahli anak usia dini yaitu :
1.      Mildred Parten (1932)
Midrer Parten dalam (Santrock, 2009: 217) mengklasifikasikan tahapan-tahapan bermain anak.
a.      Unoccupied Play
Pada tahapan ini, anak terlihat tidak bermain seperti yang umumnya dipahami sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik, maka anak akan menyibukkan dirinya sendiri. Ia mungkin hanya berdiri di suatu sudut, melihat ke sekeliling ruangan, atau melakukan beberapa gerakan tanpa tujuan tertentu. Jenis bermain semacam ini hanya dilakukan oleh bayi. Jenis bermain ini belum menunjukkan minat anak pada aktivitas atau objek lainnya. Tahapan bermain ini biasanya hanya dilakukan oleh bayi.
b.      Solitary Play
Pada tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak berhubungan dengan permainan teman-temannya. Anak asyik sendiri dan menikmati aktivitasnya. Ia tidak memperhatikan hal lain yang terjadi. Untuk anak-anak, bermain tidak selalu seperti aktivitas bermain yang dipahami oleh orang dewasa. Ketika ia merasa antusias dan tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut bermain, walaupun mungkin anak hanya sekedar menggoyangkan badan, menggerakkan jari-jarinya, dll. Pada tahapan ini, anak belum menunjukkan antusiasmenya kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak usia bayi sampai umur 2 tahun dan menurun di masa-masa selanjutnya.

c.       Onlooker Play
Pada tahapan ini, anak melihat atau memperhatikan anak lain yang sedang bermain. Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di sinilah anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan. Walaupun anak sudah mulai tertarik dengan aktivitas lain yang diamatinya, anak belum memutuskan untuk bergabung. Dalam tahapan ini anak biasanya cenderung mempertimbangkan apakah ia akan bergabung atau tidak.
d.      Parallel Play
Pada tahapan ini, anak bermain terpisah dengan teman-temannya namun menggunakan jenis mainan yang sama ataupun melakukan perilaku yang sama dengan temannya. Anak bahkan sudah berada dalam suatu kelompok walaupun memang tidak ada interaksi di antara mereka. Biasanya mereka mulai tertarik satu sama lain, namun belum merasa nyaman untuk bermain bersama sehingga belum ada satu tujuan yang ingin dicapai bersama. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak di masa awal sekolah.

e.       Associative Play
Pada tahapan ini, anak terlibat dalam interaksi sosial dengan sedikit atau bahkan tanpa peraturan. Anak sudah mulai melakukan interaksi yang intens dan bekerja sama. Sudah ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama namun biasanya belum ada peraturan. Misalnya melakukan anak melakukan permainan kejar-kejaran, namun seringkali tidak tampak jelas siapa yang mengejar siapa. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh sebagian besar masa anak-anak prasekolah.



f.        Cooperative Play
Pada tahapan ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau pembagian tugas/peran dalam permainan sudah mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Misalnya, bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan, dll.  Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya kompetisi dan kerja sama anak. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak pada masa sekolah dasar, namun dalam sudah dapat dimainkan oleh anak-anak taman kanak-kanak bentuk sederhana.


2.      Jean Piaget (1962)
Sejalan dengan perkembangan kognisi atau daya pikir anak, Jean Piaget (Mursalin, 2011) mengemukakan tahapan bermain sebagai berikut:
a.       Sensory Motor Play (± ¾ bulan ­1/2 tahun)
Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikategorikan sebagai bermain. Kegiatan bayi hanya merupakan pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya, dan Piaget menamakannya reproductive assimilation. Pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan anak bukan semata-mata berupa pengulangan, namun sudah disertai dengan variasi. Misalnya anak melihat wajah di balik bantal yang disingkapkan, anak melakukan terus dengan berbagai variasinya. Pada usia 18 bulan tampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Contohnya anak yang bermain dengan kaleng bekas dan sepotong kayu, secara tidak sengaja memukul kaleng dari sisi yang berbeda. Ternyata menimbulkan suara berbeda, sehingga dari pengalaman ini ia mendapat pengetahuan baru.
b.      Symbolic atau Make Belive Play (±2-7 tahun)
Symbolic atau Make Belive Play merupakan ciri periode pra operasional yang terjadi antara usia 2-7 tahun yang ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Misalnya menggunakan sapu sebagai kuda-kudaan, menganggap sobekan kertas sebagai uang. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsilidasikan (menggabungkan) pengalaman emosional anak.
c.       Social Play Games with Rules (±8 tahun-11 tahun)
Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat obyektif, sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rulers. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.
d.      Games With Rules & Sports (11 tahun keatas)
Olah raga adalah kegiatan bermain yang menyenangkan dan dinikmati anak-anak, walaupun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu. Karena bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
3.      Elizabeth Hurlock (1981)
Menurut Hurlock dalam (Mursalin, 2011) menyatakan bahwa tahapan bermain terdiri dari empat tahapan yaitu :
a.            Tahap Penjelajahan (Exploartory stage)
Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya.
b.      Tahap Mainan (Toy Stage)
Tahap ini mancapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara usia 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Mereka pikir benda mainannya dapat makan, berbicara, merasa sakit dan sebagainya. Contohnya yaitu bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
c.       Tahap Bermain (Play Stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuknya anak ke sekolah Dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak, karena itu tahap ini dinamakan tahap bermain. Anak bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olah raga, dan bentuk permainan lain yang dilakukan juga oleh orang dewasa.
d.      Tahap Melamun (Daydream Stage)
Tahap ini diawali saat anak mendekati masa puber. Saat ini anak sudah mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak menghabiskan waktunya untuk melamun atau berkhayal. Biasanya lamunan atau khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain.
  1. Ruben, Fein, Vandenberg (1983) dan Smilansky (1968)
Pendapat Rubin, Fein, Vandenberg dalam (Mursalin, 2011) dan Smilansky dalam (Bergen & Fromberg, 2006: 42) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan bermain kognitif anak adalah sebagai berikut:
a.       Bermain Fungsional (Functional Play)
Bermain seperti ini biasanya tampak pada anak berusia 1-2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya: berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengolah lilin atau tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya.
b.      Bermain Bangun Membangun (Constructive Play)
Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Misalnya: membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang semacamnya.
c.       Bermain Pura-pura (Make-believe Play)
Kegiatan bermain pura-pura mulai banyak dilakukan anak berusia 3-7 tahun. Dalam bermain pura-pura anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga anak melakukan peran imajinatif memainkan tokoh yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng. Misalnya: main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi batman atau ksatria baja hitam.
d.      Permainan dengan peraturan (Games with Rules)
Kegiatan jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan anak usia 6-11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalhya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permaina, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya. Misalnya: main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bermain menurut Rubin, Fein, Vandenberg dan Smilansky merupakan suatu kegiatan yang sederhana dan semakin lama semakin kompleks (rumit) yang ditandai dengan penggunaan peraturan dalam permainan yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Kegiatan bermain ini untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.
  1. Tahapan Perkembangan Ditinjau dari Alat Permainan
Menurut Hillary Hettinger Steiner dalam artikel Parents Magazine (2013) terdapat tahapan-tahapan bermain ditinjau dari alat permainannya, yaitu :


ALAT PERMAINAN
USIA
KETERANGAN
Bola
6 Bulan
Bayi akan terkagum-kagum memandangi bola. Bayi juga suka memegang dan merasakan permukaan bola, jadi pilih saja bola dengan tekstur menarik seperti bordir atau label.
12 Bulan
Anak bisa duduk di lantai dan mendorong bola ke depan-ke belakang bersama Anda. Anak  mungkin juga sudah bisa melempar bola, meski tanpa target dan tujuan.
18 Bulan
Anak sudah semakin mahir dan bertenaga melempar dengan dua tangan dan menikmati saat mengoper bola ke arah kita.
2 Tahun
Anak sudah semakin “menguasai lapangan”, bisa menendang dan menggiring bola dengan kedua kakinya. Berkat tubuh kecilnya, anak mudah menguasai teknik dasar permainan sepak bola.
3 Tahun
Akhirnya, anak dapat menangkap bola besar. Beberapa anak bahkan bisa menendang bola dan mencetak gol.
Balok Kayu
6 Bulan
Bayi suka mengigit balok, tapi mereka juga membenturkannya dan senang memegangnya.
12 Bulan
Anak sadar bahwa dia bisa membuat bunyi dengan membenturkan dua balok bersamaan. Anak juga bisa menghancurkan ‘mahakarya’ yang orang dewasa bangun dari balok-balok kayu.
18 Bulan
Anak sudah bisa menumpukkan dua atau tiga balok dengan seimbang.
2 Tahun
Tubuhnya sudah lebih tinggi dan koordinasinya meningkat. Anak bisa menyusun empat sampai tujuh balok. Dia juga bisa memisahkan bentuk berdasarkan warna dan mengkhayalkan balok sebagai benda lain, seperti mobil atau kapal.
3 Tahun
Lebih banyak bentuk yang bisa disusun. Anak dapat membangun struktur yang menyerupai benda-benda nyata, seperti benteng, jembatan, dan terowongan.
Krayon
6 Bulan
Bayi masih terlalu kecil untuk bermain dengan krayon.
12 Bulan
Anak bisa memegang krayon besar dalam genggamannya dan menggambar acak.
18 Bulan
Ketika anak melihat orang dewasa menggambar, dia akan mengikutinya.
2 Tahun
Anak menikmati duduk bersama satu set krayon dan kertas lalu mulai menggambar.
3 Tahun
Anak sudah dapa membuat bentuk lingkaran, silang, bujur sangkar, dan menggambar “orang” dengan satu atau lebih anggota badan. Mulai usia 3 tahun, anak mengenal tiga atau empat warna, dan mungkin sudah bisa membuat huruf-huruf kapital.
Boneka Binatang
6 Bulan
Semua tentang mengenali tekstur menyentuh dan mengunyah boneka.
12 Bulan
Anak membawa boneka kesayangan kemanapun dia pergi dan begitu menyatu dengan mainan yang satu ini. Pada usia tersebut, sebagian anak sangat akrab dengan boneka dan tidak bisa tidur tanpa sahabatnya itu.
18 Bulan
Anak melenguh, menguik, mengeong, dan membuat variasi suara binatang sesuai bentuk boneka.
2 Tahun
Anak mulai mempraktikkan permainan pura-pura, seperti mengajak Doggy jalan-jalan atau menyuapi Teddy Bear.
3 Tahun
Anak mulai menciptakan dunia yang unik dan imajinatif. Teddy Bear menjelma menjadi dinosaurus dan Owl mengumpulkan bahan-bahan pembuat sup.
Puzzle Sederhana
6 Bulan
Bayi suka memindahkan kepingan puzzle dari satu tangan ke tangan lain, dan memasukkannya ke dalam mulut seperti biskuit.
12 Bulan
Pada usia ini, anak suka membalikkan papan puzzle hingga jatuh berserakan di lantai. Mereka juga bisa menjepit dengan jari untuk mencopot kepingan puzzle.
18 Bulan
Dengan bantuan orang dewasa, anak dapat menempatkan kepingan puzzle ukuran besar dengan benar.
2 Tahun
Anak dapat melengkapi puzzle sederhana meletakkan gambar sayuran atau binatang ke tempatnya. Dia juga bisa menyelesaikan puzzle tiga keping sederhana.
3 Tahun
Kemampuan memecahkan masalah sudah meningkat sehingga dia lebih tertarik dengan puzzle, dan sudah bisa merangkai puzzle sederhana yang terdiri lebih dari delapan keping.
Instrument Musik
6 Bulan
Jika kita memiliki drum mainan, bayi akan sangat senang memukulnya tanpa tujuan.
12 Bulan
Dia menganggukkan kepala setiap kali mendengar bunyi perkusi drum, xylophone, atau panci dan wajan.
18 Bulan
Anak suka bertepuk tangan mengikuti musik, tapi jangan harap dia bisa mengikuti irama. Dia juga mulai tertarik memukul-mukul tongkat atau menggoyangkan tamborin.
2 Tahun
Tekan tuts piano, petik gitar, atau tabuh drum, anak akan menirukan orang dewasa memainkan berbagai jenis alat musik.
3 Tahun
Jika anak menyukai musik, dia akan menikmati meniup alat musik tiup, seperti seruling atau harmonika.
 






 DAFTAR PUSTAKA


_________. (2013). Usia dan Tahapan Bermain. [Online]. Tersedia: http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=118. [21 Oktober 2013].
Bergen, Doris., Fromberg, Doris Pronin. (2006). Play From Birth to Twelve [Second Edition]. New York: Routledge.
Mursalin. (2011). Tahap Bermain Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://mursalin-nersboyz.blogspot.com/2011/02/tahap-perkembangan-bermain-pada-anak.html.  [21 Oktober 2013].
            Santrock, John W. (2009). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.